Senin, 25 Juni 2012

Sense of writting

Sampai detik ini saya tak juga paham bagaimana caranya menulis.
Saya merasa begitu bodoh dan tak tau apa-apa bila harus mengungkapkan satu pemikiran atau perasaan lewat bahasa tulisan.
Hal ini terjadi bukan karena kebuntuan saya dalam berpikir.
Namun perfeksionisme pada sebuah karya.
Bagi saya, tulisan adalah representasi seseorang mengenai perspektif pemikiran yang diejawantahkan dalam bentuk susunan kata.
Tiap kalimat mewakili jati diri.
Tiap diksi menggambarkan watak dan karakteristik.
Bagaimana bisa ?
Saya belum mau membahasnya sekarang.
Insya ALLAH lain kali akan saya tulis khusus masalah "pola pandang nilai tulisan" .

Balik lagi kepada persoalan utama.
Saya sebut saja dengan ungkapan "Sense of writing".

Entah ini suatu pembelaan atau kenyataan.
Bila masalah ketidakmampuan, kata orang saya punya potensi.
Mereka bilang, tulisan saya patut diapresiasi.
Saya juga tak kekurangan materi.
Tulisan saya objektif.
Ada kajian yang di dukung data empiris.
Mengenai perspektif, saya juga tak segan memposisikan diri menjadi orang lain.
Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa hubungan antara hasrat dan jasmani ini tak begitu sinkron ?
Seringkali saya berpikir lama hingga merasakan mual pada lambung dan encok di tulang punggung.
Namun, belum juga sampai pada akhir penulisan, semangat ini sudah tak begitu menggelora.
Tak terhitung lagi berapa jumlah draf tulisan yang saya buat tanpa ujung disimpan dan akhrinya terbuang percuma sebelum terpublish.
Padahal belum tentu tulisan tersebut disuka dan dibaca orang.
Tampak BODOH dan begitu KOLOTnya diri ini ?!

Saya tak terlalu peduli pada hasil tulisan saya (dibaca atau tidak)?
Karena bagi saya, menulis adalah menyampaikan informasi.
Meskipun tak dapat dipungkiri, terkadang informasi tersebut memiliki substansi lain yang bertujuan memprovokasi, mengajak atau muatan politis lainnya.

Atau inikah yang dimaksud dengan proses ?
Sebab ada yang bilang, menulis bukan masalah bisa atau baik dan benar.
Tapi kebiasaan.
Sama halnya seperti komunikasi verbal.
Bayi yang baru lahir tidak tau caranya berbicara dan tau arti dari ungkapan yang keluar dari mulutnya.
Barulah setahun selanjutnya, ia mulai mengucap kata mama / papa dan lebih banyak lagi perbendaharaan kata lain.
Mengenai makna dari setiap kata yang diucap, ia spontan tau dengan sendiri karena kalimat yang digunakan dipakai pada peristiwa yang se"nada".

Saya yang "belum" mempunyai obsesi.Sore tadi merenung dan berpikir.
Kenapa tak sebaiknya saya coba melakukan hal yang sesuai dengan passion ?

Saat ini saya sedang berpikir, passion itu sering muncul tiba-tiba dan tak sama pada satu bidang.
Menulis ternyata adalah salah satunya.
Dan satu hasil yang ku simpan dalam blog di label syair juga salah satu indikasi saya tertarik pada tulisan.


In the deep of the soul....
In the dark of the lust....
My passion flare up.
My delusion fly.

I will let it all....

Semoga sense ini bukan sekedar passion sesaat....